Boat

Selasa, 21 Mei 2013

Contoh Jurnal



MODEL PERTUMBUHAN IKAN LAYUR
(Trichiurus lepturus  Linnaeus, 1758)
DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT
Oleh
M. Yahya Ahmad
Abstrak
Sebanyak 4737 ikan digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan umur dan pertumbuhan ikan layur,Trichiurus lepturus dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi panjang.  Sampel  ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di Palabuhanratu, Sukabumi.  Hubungan panjang berat ikan menunjukkan pola pertumbuhan allometrik,  (jantan), (betina), dan  (gabungan jantan dan betina).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ikan layur mencapai  delapan tahun dengan model pertumbuhan digambarkan dengan model exponensial dari von Bertalanfy .  Laju pertumbuhan sesaat terbesar terjadi pada tahun pertama, yaitu sebesar 13.94 cm per tahun.
  
Abstracts
Age and growth of largehead hairtail, Trichiurus lepturus  were examined using 4737 specimens collected from Bay of Palaburanratu, Sukabumi.  Length-Weight relationships show the allometric growth,  (male), (female), dan  (both sexes).  Age and growth were measured using the modal progression analysis and length at age analysis.  Results indicate that age of largehead hairtail can reach eight years and the growth was exponentially modeled as .  Instantenous growth rate reach the fastest at  13.94 per annum in the  early life.

Pendahuluan
Ikan layur merupakan salah satu ikan penting yang dalam perikanan tangkap di Palabuhanratu dan Perairan Selatan Jawa pada umumnya.  Secara ekonomi, ikan layur, terdiri dari beberapa species.  Dalam pendataannya di dalam statistik perikanan, tidak dibedakan berdasarkan speciesnya,  pencatatan hasil tangkapan mengabaikan  perbedaan species yang ada.  Kondisi ini dirasakan perlu untuk diperbaiki, sehingga di masa depan, pencatatan hasil tangkapan sudah berbasis species.  Hal ini penting karena penaksiran stok ikan (stock assessment) di masa depan harus dapat dilakukan dengan menggunakan data produksi masa lalu.  Pendekatan  ini dinamakan dengan  pendekatan surplus produksi.  Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan ketelitian dan ketepatan data yang digunakan.  Data pertumbuhan ikan dibutuhkan dalam rangka menggambarkan dinamika suatu populasi ikan, dimana secara keseluruhan, dinamika  tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan, mortalitas, recruitmen dan migrasi ikan.  Pengetahuan dinamika populasi selanjutnya, oleh pihak Pemerintah atau pemegang otoritas perikanan dapat digunakan sebagai pijakan pengambilan keputusan pengelolaan.
Ikan layur termasuk dalam Famili Trichiuridae, yang terdiri dari 10 genera, yaitu Diplospinus, Aphanopus, Benthodesmus, Lepidopus, Epoxymetopon, Assurger, Tentoreiceps, Eupluerogrammus, Trichiurus danLepturacanthus. Ikan layur yang tertangkap di perairan Indonesia, paling tidak tercatat tiga genera, yaituEupluerogrammus, Trichiurus dan Lepturacanthus, dengan species-speciesnya adalah Eupluerogrammus muticus (=Eupleurogrammus glosodon), Trichiurus lepturus dan Lepturacanthus savala (=Trichiurus savala).   Dalam beberapa literatur, ketiga genera tersebut dimasukkan ke dalam satu genus yaitu Trichiurus, dengan spesiesnya adalah T. muticus, T. savala dan T. lepturus atau T. haumela (FAO, 1974).


Karakteristik biologi ikan layur putih
Dalam perdagangan internasional, ikan layur dinamakan hairtail atau cutlassfish atau ribbonfish, yang terdiri dari beberapa species.  Ikan layur umumnya hidup di wialayah iklim subtropis hingga tropis yang menyebar di utara khatulistiwa hingga bagian selatan khatulistiwa.   Secara ekonomis, ikan layur memiliki nilai penting yang tinggi (T. lepturus)  hingga rendah (Tentoriceps cristatus).  Trichiurus lepturus umumnya hidup di dasar perairan  dan biasanya melakukan migrasi vertikal  (benthopelagic) dan migrasi ke muara sungai pada masa mudanya (amphidromous), sehingga ikan  Trichiurus lepturus muda dapat ditemukan di muara sungai.  Secara umum pecies ini hidup di perairan dengan kedalaman 0-400 meter.  Trichiurus lepturus  japonicus di Jepang dianggap sebagai sinonim Trichiurus lepturus di Jepang.  Sedangkan di wialyah samudra Pasifik, perairan California hingga Peru  species ini dinamakan sebagai Trichiurus nitens.  Dalam klasifikasi yang dicantumkan FishBase,Trichiurus lepturus dinamakan sebagai largehead hairtail.  Masyarakat lokal di Palabuhanratu memberi nama ikan ini sebagai layur ‘meule’ yang membedakannya dengan layur ‘bedog’  dan layur ‘kalapa’
Ciri  pokok ikan layur adalah tubuh yang memanjang, pipih tidak bersisik. Panjang tubuh ikan layur dapat mencapai 100 cm, tetapi umumnya berkisar antara 70–80 cm.    Mulut umumnya lebar, dengan gigi-gigi runcing berada pada rahan atas dan bawah.  Tidak memiliki sirip perut dan sirip ekor.  Sirip dada berukuran kecil dan sirip.  Ikan layur memiliki sirip punggung yang memanjang hingga ke siri ekor dan bersatu dengan sirip ekor.   Beberapa karakter yang diperhatikan untuk membedakan species dalam ikan layur antara lain  adalah duri sirip punggung, duri sirip ekor dan warna tubuh.
Secara morfologi, Trichiurus lepturus memiliki  ciri-ciri sebagai berikut.  Duri sirip punggung: 3;  jari-jari lunak sirip punggung: 130 – 135; jari-jari lunak sirip dubur: 100 – 105. Tubuh sangat memanjang, pipih  dan meruncing pada bagian ekor. Mulut lebar, memiliki tonjolan kulit pada ujung-ujung rahang. Sirip punggung relatif tinggi; sirip dubur  mengecil menjadi spinula yang biasanya  menempel di kulit atau sedikit menonjol; ujung depan sirip dada  tidak bergerigi.  Sirip perut dan sirip ekor tidak ada.  Gurat sisi  berawal dari bagian atas tutup insang, miring memanjang hingga ke belakang ujung sirip  dada, kemudian lurus mendekati bagian perut di bagian belakang.  Dalam kondisi hidup atau segar ikan ini berwarna kebiruan dengan bercak keperakan.  Jika ikan sudah mati  warnanya berubah menjadi abu-abu perak secara merata.
Trichiurus lepturus biasanya  hidup di perairan tropis hingga daerah beriklim sedang dalam kisaran 60°LU dan  45°LS (Froese dan Pauly, 1997), habitat hidupnya berupa perairan berlumpur dari perairan pantai yang dangkal.  Ikan ini juga sering memasuki perairan muara sungai.  Makanan utama pada masa juvenil adalah udang eupasid, udang-udang planktonis dan ikan-ikan kecil.  Pada waktu dewasa ikan ini mengkonsumsi ikan, disamping cumi-cumi dan udang-udangan.  Ikan dewasa dan juvenil melakukan migrasi yang berlawanan dalam mencari makan.  Ikan dewasa  berukuran besar biasanya mencari makan di dekat permukaan pada siang hari dan beruaya  ke dasar perairan pada malam hari.   Sedangkan ikan juvenil dan ikan dewasa berukuran kecil  membentuk gerombolan pada kedalaman 100 m di atas dasar perairan pada siang hari  membentuk gerombolan yang sedikir menyebar  dalam mencari makan pada malam hari di dekat permukaan. Berat maksimum dapat mencapai 15 kg namun rekor pemancingan yang tertinggi adalah 3.69 kg.  Hasil tangkapan nelayan komersial tercatat lebih dari 5 kg.



Gambar 1.       Ikan layur putih (largehead hairtail), Trichiurus lepturus  (sumber: http://www.fishbase.or/
Pertumbuhan Ikan
Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, diperlukan pengetahuan tentang stok ikan yang akan dikelola. Hal penting  yang perlu diketahui dalam menentukan stok secara tepat, adalah daerah penyebarannya.  Salah satu cara untuk mengetahuai apakah suatu komoditas (species) ikan merupakan satu kesatuan stok dapat ditinjau dari kesamaan parameter pertumbuhannya.  Parameter  pertumbuhan merupakan salah satu hal penting yang harus diketahui dalam menentukan apakah suatu ikan yang menghuni suatu wilayah merupakan stok yang sama dengan ikan-ikan yang ada di daerah di dekatrnya.  Berikut ini akan dibahas tentang cara mengetahui parameter pertumbuhan pada ikan.
Pertumbuhan  hewan dan tumbuhan  terdiri dari bagian-bagian yang selama masa hidupnya tumbuh dengan tingkat kecepatan yang berbeda dan pola yang berbeda pula. Karkach (2006) menyebutkan beberapa “cara” atau metode pertumbuhan dapat dibedakan pada berbagai makhluk hidup, yaitu penambahan (panjang, berat, volume), penambahan bagian baru, pergantian kulit (moulting), dan modifikasi (perubahan bentuk dan pembentukan ulang) dari bagain yang lama.
Pola pertumbuhan biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu terbatas dan tidak terbatas.  Pertumbuhan terbatas biasanya didefinisikan sebagai pertubuhan yang akan berhenti manakala organisme mancapai kuran tertentu.  Pertumbuhan tak terbatas didefinisikan sebagai pertumbuhan yang berlangsung secara terus menerus setelah proses pematangan kelamin dan berlangsung hingga akhir hidupnya.  Dalam sifat  pertumbuhan yang terbatas (determinate). pertumbuhan akan berhenti manakala kedewasaan seksual tercapai.  Setelah saat kematangan seksual tercapai, kecepatan pertumbuhan mengalami penurunan secara signifikan, hingga saat tertentu akan berhenti sama sekali.
Pola pertumbuhan dapat direpresentasikan oleh suatu model pertumbuhan.  Model  dalam konteks pambahasan ini, merupakan “suatu representasi kenyataan”  atau “suatu penyederhanaan dari sistem yang rumit”.  Pertumbuhan ikan layur, dalam hal ini pola pertambahan panjang terhadap waktu hidupnya memiliki karakteristik pertumbuhan terbatas (determinate) seperti yang digambarkan di atas.  Berdasarkan pola yang dikemukakan oleh Karkash (2006), maka pertumbuan ikan layur dapat dinyakan dalam beberapa model (kurva), diantaranya  adalah model pertumbuhan eksponensial, model pertumbuhan logistik,  dan model pertumbuhan Gompertz. Dalam model pertumbuhan eksponensial, diasumsikan bahwa laju pertumbuhan proporsional dengan ukuran, sehingga dinyatakan sebagai: dy/dt = by. Persamaan atau model matematis untuk menggambarkan pertumbuhan secara exponensial adalah

Parameter y0  adalah ukuran tubuh awal (ukuran pada waktu umur nol).  Untuk setiap nilai b>0 pada  fungsi matematis ini biasanya hanya dapat diterapkan pada waktu pertumbuhan yang terbatas (misalnya pada masa awal pertumbuhan).  Untuk b<0 dapat menjadi model yang baik, dimana terjadi pertambahan yang menurun ukurannya.   Bentuk kurva eksponensial yang sering diterapkan dalam menduga pertumbuhan ikan  adalah kurva pertumbuhan von Bertalanffy (von Bertalanffy Growth Function, VBGF). Bagi beberapa organisme, laju pertumbuhan tahunan  akan menurun  ketika ukuran tubuh (umur) bertambah.  Kondisi ini seringkali digambarkan dengan model pertumbuhan von Bertalanffy.  Model ini menggambarkan adanya penurunan secara linier  laju pertumbuhan  sebagai fungsi dari ukuran.  Dan persamaan 1)  dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:

Untuk persamaan ini jika diterapkan pada pertumbuhan panjang tubuh atau bagian-bagiannya  dan berat tubuh ikan maka didapatkan bentuk modifikasi sebagai berikut

Formula VBGF memiliki 3 parameter.  Parameter L0 (Lnol, titik potong sumbu-y) adalah rata-rata panjang ikan pawa waktu lahir (t = 0).  Parameter L¥ (L infinity) adalah rata-rata panjang masimum (t = infinity).  Parameter k  adalah konstanta yang memiliki satuan seperwaktu (misal, per tahun; tahun-1). Besarnya nilai k adalah konstan dan hubungannya dengan kecepatan pertumbuhan (dL/dt) dinyatakan sebagai berikut:
k = (dL/dt)/( L¥ – L)
Variabel t pada persamaan 2) di atas adalah umur ikan.  Menentukan umur ikan yang hidup di daerah tropika, akan mendapat kendala karena tidak ada organ tubuh yang dapat dijadikan indikator umur ikan.  Untuk itu Sparre dan Venema (1998) memberikan solusi untuk menentukan umur ikan di daerah tropis dengan pendekatan analisis frekuensi panjang tubuh ikan.   Gayanilo, Sparre dan Paully  (2005) telah menerbitkan program olah dataperikanan yang dinamakan FiSAT II yang berisikan berbagai progam yang disajikan oleh Sparre dan Venema (1998).   Pendekatan dimaksud adalah Modal Progression Analisis untuk menentukan umur ikan.  Untuk data seri dari frekuensi panjang dalam setahun dapat diolah dengan program ELEFAN I.  Kurva pertumbuhan yang digunakan dalam program FiSAT II adalah fungsi pertumbuhan von Bertalanffy.
Metode Penelitian

Penelitian ini mengnakan data panjang total dan berat ikan layur.  Data ikan layur dari perairan Teluk Palabuhanratu dikumpulkan dalam tiga tahapan.  Ikan yang digunakan sebagai bahan penelitian diambil dari hasil tangkapan nelayan Palabuhanratu.  Pengukuran panjang untuk keperluan pendugaan pertumbuhan dilakukan secara berseri sejak bulan Mei hingga Desember 2007.  sebanyak 3711 ekor ikan digunakan untuk menduga pertumbuhan ikan ini.  Untuk pengukuran hubungan panjang-berat ikan layur, sebanyak 258 ekor ikan diukur panjang dan ditimbang beratnya, dan data dikumpulkan pada bulan Agustus-September 2007. Pada periode yang sama dilakukan pengukuran panjang total ikan yang diperoleh baik dari hasil pancingan nelayan maupun dari hasil tangkapan bagan.  Dalam hal ini berhasil diukur sebanyak 768 ekor ikan layur.  Data yang diperoleh digunaan untuk menentukan kelompok umur ikan.  Pengolahan data menggunakan berberapa perangkat lunak statistika seperti Microsoft Excel, FiSAT II dan CurveExpert.  Data pertumbuhan disajikan dalam  bentuk grafik dan tabel.

Hasil Penelitian

Selama periode pengukuran diperoleh data ikan  seperti tercantum dalam Tabel 1.,  dimana ikan terkecil berukuran panjang  61 cm, berat 120 gram dan terbesar 116 cm dengan berat 100 gram.  Pengujian statistik (uji-t) menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik ukuran panjang dan berar untuk  ikan jantan dan betina pada taraf nyata 5%.
Pengukuran ikan layur hasil tangkapan bagan sebanyak 510 ekor diperoleh panjang minimum 10 cm dan 60 cm, dan standar deviasi  sebesar 11.56 cm. Hasil tangkapan bagan menunjukkan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran yang  ada di pasar, dengan kisaran antara 10-60 cm.  Hal ini menunjukkan bahwa ikan layur muda dapat tertengkap oleh bagan karena bersifat fototaksis positif dan atau sedang mencari makan berupa ikan-ikan kecil yang bersifat fototaksis positif.
Perhitungan karakteristik hubungan panjang-berat ikan layur mendapatkan hasil sebagai berikut:

Perhitungan karakteristik hubungan panjang-berat ikan layur mendapatkan hasil sebagai berikut:


Gambar 2. Hubungan panjang-berat ikan layur, Trichiurus lepturus gabungan jantan dan betina (sumber:  data primer diolah)
Pada penelitian ini diperoleh nilai b>3 (Tabel 1, Gambar 2),  yaitu b=3.2895.  Bernardes dan Rossi-Wongtschowski (2000), yang meneliti ikan Trichiurus lepturus di perairan Brazil,  juga mendapatkan nilai yang hampir sama, yaitu b= 3.22.  Akan tetapi nilai ini berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Kwok dan Ni (2000) yang mengukur hubungan panjang-berat ikan layur Trichiurus lepturus dari Laut China Selatan yang mendapatkan nilai konstanta b (disebut juga faktor kondisi) sebesar 2.57 (jantan), 2.55 (betina) dan 2.56 (gabungan).  Perbedaan ini disebabkan karena pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini tidak membuang isi perut ikan terlebih dahulu sebelum ditimbang.  Sementara Kwok dan Ni (2000)  menimbang ikan setelah pembuangan isi perut.  Selain itu dalam penelitian ini diukur panjang total ikan sementara Kwok dan Ni (2000) mengukur panjang pre-anal.  Pemeriksaan terhadap ikan yang diukur dalam penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam perut terdapat makanan berupa ikan, cumi-cumi dan lain-lain yang belum dicerna.  Selain itu terdapat perkembangan gonad pada ikan jantan dan betina yang diukur dalam penelitian ini.  Hal ini tentu  akan menyebabkan meningkatnya faktor kondisi ikan.  Sementara itu berdasarkan penelusuran literatur oleh Badrudin dan Wudianto (tidak dipublikasikan) nilai faktor kondisi ikan layur di berbagai tempat lain (Tabel 2) umumnya lebih besar dari tiga.
Tabel   2.   Parameter hubungan panjang berat ikan layur (Trichiurus lepturus) di berbagai perairan

Banyak metode yang telah diterapkan untuk menentukan umur ikan layur, diantaranya adalah mengunakan pembedahan tulang otolith dan tulang belakang (vertebral centra), metode analisis frekuensi panjang (LF Analysis, Elefan I) diterapkan di India, Philippina.  Kwo dan Ni (2000) menggunakan penimbangan otolith untuk memudahkan dan menurunkan biaya penelitiannya.  Penelitian ini menggunakan LF analysis dari FiSAT II.  Dari pengolahan data diperoleh taksiran umur ikan seperti tercantum dalam Tabel 2.  Selanjutnya data umur dan panjang total dipetakan dengan CurveExpert dan dihitung laju pertumbuhan sesaat untuk tiap tingkatan umur.
Tabel 3. Nilai taksiran umur ikan layur di Palabuhanratu berdasarkan Modal Progression Analysis dan laju pertumbuhan berdasarkan CurveExpert.

Catatan:    * = dihitung dengan Modal Progression Analysis FiSAT II
**= dihitung deng CuveExpert
Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa laju pertumbuhan ikan dihitung dengan laju pertambahan panjang per satuan waktu (dTL/dt)  adalah menurun, dari 13.86 pada tahun pertama hingga 6.04 pada tahun ke-8.  Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa umur ikan layur dapat mencapai lebih dari 8 tahun karena laju pertumbuhan menunjukkan masih besar, walaupun terus menurun.


Gambar  3.      Cohort Analysis dengan menggunakan Modal Progression Analysis (Norrmsep) yang menggambarkan pengelompokan modus ukuran panjang total ikan layur, Trichiurus lepturus di Palabuhanratu
Untuk melakukan pendugaan pertumbuhan ikan layur digunakan data berupa distribusi frekuensi panjang ikan layur (Tabel 1).  Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program aplikasi FiSAT II.  Untuk mendapatkan tabel distribusi frekuensi, data mentah berupa ukuran panjang total ikan layur diolah dengan menggunakan Microsoft Excel.  Pemetaan dengan menggunakan pendekatan LF Analysis menghasilkan kurva pertumbuhan seperti tercantum dalam Gambar 3.  Perhitungan dengan menggunakan program aplikasi FiSAT II diperoleh nilai-nilai parameter pertumbuhan pada model von Bertalanffy, yaitu L¥  =125.15, K = 0.13, dan t0 = 0.  Dengan demikian model pertumbuhan yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Nilai  L¥  =125.15, menunjukkan bahwa ukuran panjang maksimum ikan layur, Trichiurus lepturus, dapat mencapai 125.15. cm.  Sedangkan konstanta pertumbuhan K = 0.13.  nilai ini menunjukkan bahwa konstanta pertumbuhan ini cukup rendah.  Kwok dan Ni (2000) mendapatkan nilai K=0.158 untuk ikan layur yang ditelitinya. Sedangkan untuk nilai t0  dalam penelitian ini diperoleh sama dengan nol.  Hal ini masuk akal karena umur pada waktu ikan berukuran 0 cm adalah sama dengan nol.  Selengkapnya kurva pertumbuhan ikan layur dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4.    Pemetaan kurva pertumbuhan ikan layur, Trichiurus lepturus di Palabuhanratu dengan menggunakan model pertumbuhan von Bertalanffy.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpukan bahwa secara umum pola pertumbuhan ikan layur putih,Trichiurus lepturus  bersifat allometrik,  ditunjukkan dengan nilai faktor kondisi  b>3.  Berdasarkan analisis modus dari distribusi ukuran panjang ikan dibuktikan bahwa umur ikan layur putih  dapat mencapai 8 tahun. Pertumbuhan ikan digambarkan dengan model eksponensial von Bertalanffy.  Laju pertumbuhan tertinggi  mencapai 13.94 cm per tahun pada awal masa hidupnya.  Ikan layur putih dapat mencapai ukuran maksimum 125 cm dan konstanta pertumbuhan K = 0.13.
Daftar Pustaka
Bernardes, R.A.  dan C.L.D.B. Rossi-Wongtschowski. 2000.   Length-Weight Relationship of Small Pelagic Fish Species of the Southeast and South Brazilian Exclusive Economic Zone,  Naga, The ICLARM Quarterly (Vol. 23, No. 4) October-December 2000
Froese, R., and D. Pauly (eds.) 1997. Fishbase—a biological database on fi sh (software). ICLARM, Manila, Philippines, 256 p.
Gayanilo Jr., F.C; P. Sparre dan D. Paully.  2005.  FiSAT II User’s Guide.  Food and Agriculture Organization of the United Nations.  Rome.
Ingles, J., and D. Pauly. 1984. An atlas of the growth, mortality and recruitment of Philippine fishes. Institute of Fisheries Development and Research, College of Fisheries, University of the Philippines in the Visayas, Quezon City, Philippines and International Center for Living Aquatic Resources Management,Manila, Philippines. ICLARM Tech. Rep. 13:114–116.
Karkach, A.. 2006.  Trajectories and Models of Individual Growth.  Journal of Demographic Research, Vol. 15, pp. 347-400.  http://www.demographic-research.org/
Kwok, K.Y., and I-Hsun Ni.  2000.  Age and Growth of Cutlassfishes, Trichiurus spp., from the Soth China Sea.  Fisheries Bulletin  98: 748-758.
Sparre, P., dan S.C Venema.  1998.  Introduction to Tropical Fish Stock Assessment, Part I: Manual.  FAO Fisheries Technical Papers No. 306/1, Rev. 2.  pp. 407.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar