Boat

Sabtu, 27 Juli 2013

BIOLOGI KERAPU



A.  Latar Belakang


Ikan Kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut yang mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi baik di pasaran lokal maupun international. Ikan kerapu  juga potensial untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya relatif cepat, mudah untuk dipelihara, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan,   dan tahan terhadap ruang terbatas atau dapat dikembangkan pada karamba jaring apung.

Keberhasilan dalam usaha budidaya ikan tergantung pengetahuan tentang biologi ikan kerapu yang meliputi : Taksonomi, morfologi, penyebaran/distribusi, habitat, pakan dan kebiasaan makannya.

Dengan mengetahui biologi Kerapu maka usaha pengembangan teknologi budidaya ikan kerapu yang dilakukan di karamba jaring apung akan cepat dicapai, sehingga hal ini dapat mendukung kegiatan budidaya ikan yang saat ini mulai berkembang. 

 

B.     Taksonomi dan Morfologi Kerapu 

Menurut Randall, 1987, klasifikasi ikan kerapu macan adalah sebagai berikut :

            Phylum            :           Chordata
            Subphylum      :           Vertebrata
            Class                :           Osteichtyes
            Sub class         :           Actinopterigi
            Ordo                :           Percomorphi
            Sub ordo         :           Percoidea
            Family             :           Serranidae
            Genus              :           Epinephelus
            Species            :           Epinephelus fuscoguttatus

Ikan kerapu macan mempunyai banyak nama lokal.  Di Australia orang mengenal kerapu macan dengan nama flowery cod.  Di India dikenal dengan nama fana, chammamm,  dan  di Jepang orang mengenal dengan nama aka-madarahata.  Bagi orang Philipina ikan kerapu macan dikenal dengan nama Garopa (Tagalog), Pugopa (Visayan), dan di Singapura dengan nama Tiger Grouper, Marble grouper.  Sedangkan di Indonesia dan Malaysia dikenal dengan nama kerapu bebeh dan kerapu hitam.

Heemstra (1993), telah  mendiskripsikan morfologi ikan kerapu macan sebagai berikut : Bentuk badan memanjang gepeng atau agak membulat, luasan antar pusat (kepala) datar cenderung cekung.  Kepala bagian depan untuk ikan dewasa terdapat lekukan mata yang cekung sampai dengan sirip punggung.  Pre operculum membundar dengan pinggiran bergerigi dengan tepi bagian atas cekung menurun secara vertikal ke hampir ujung operculum.  Bagian tengah rahang bawah terdiri dari 3 atau 4 baris gigi dengan barisan bagian dalam dua (2) kali lebih panjang daripada bagian luar.   Tapis insang terdiri dari 10 – 12 tungkai atas dan 17 – 21 tungkai bawah dengan bagian dasar tidak terhitung. Sirip punggung terdiri dari 14 – 15 tulang rawan dan 11 tulang keras dengan barisan ke-3 atau ke-4 lebih panjang sedangkan pada sirip anus terdapat 3 tulang keras dan 8 tulang rawan dengan panjang 2,0 – 2,5 bagian panjang kepala.  Warna tubuh coklat muda dengan lima seri tompel coklat besar yang tidak beraturan.  Badan, kepala dan sirip ditutupi oleh titik-titik kecil coklat dimana pada bagian tompel berwarna lebih gelap.  Sirip ekor  membundar dan mata besar menonjol.  Panjang   standar untuk ikan dewasa 11 – 55 cm.

Menurut Weber and Beofort, (1940) dalam Ahmad (1991), klasifikasi ikan kerapu tikus adalah sebagai berikut :
            Phylum            :           Chordata
            Subphylum      :           Vertebrata
            Class                :           Osteichtyes
            Sub class         :           Actinopterigi
            Ordo                :           Percomorphi
            Sub ordo         :           Percoidea
            Family             :           Serranidae
            Genus              :           Cromileptes
            Species            :           Cromileptes altivelis
Ikan kerapu tikus juga mempunyai banyak nama lokal. Ikan ini di Australia dikenal dengan nama Barramundi cod,  dan di Jepang dengan nama Sarasa-hata. Sedangkan di Philipina dikenal dengan nama Lapu-Lapung Senorita (Tagalog), Miro-miro(Visayan), serta di Singapura Polka-dotgrouper.  Bagi orang Indonesia dan Malaysia kerapu tikus dikenal dengan nama kerapu tikus, kerapu belida dan kerapu sonoh. Istilah ikan hias kerapu tikus dikenal dengan nama “Panther fish”.

Ikan kerapu tikus mempunyai ciri-ciri morfologi sirip punggung dengan 10 duri keras dan 18 – 19 duri lunak, sirip perut dengan 3 duri keras dan 10 duri lunak, sirip ekor dengan 1 duri keras dan 70 duri lunak. Panjang total 3,3 – 3,8 kali tingginya, panjang kepala seperempat panjang total, leher bagian atas cekung dan semakin tua semakin cekung, mata seperenam kepala, sirip punggung semakin kebelakang melebar, warna putih kadang kecoklatan dengan totol hitam pada badan, kepala dan sirip. Weber and Beofort (1940) dalam Ahmad (1991). Sedangkan menurut Heemstra and Randall (1993) seluruh permukaan tubuh kerapu tikus berwarna putih keabuan, berbintik bulat hitam dilengkapi sirip renang berbentuk melebar serta moncong kepala lancip menyerupai bebek atau tikus. 

C.  Penyebaran/Distribusi

Ikan kerapu macan tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk laut merah, tetapi lebih dikenal berasal dari Teluk Persi, Hawaii atau Polynesia.  Terdapat pula di hampir semua perairan pulau tropis Hindia dan samudra Pasifik Barat dari pantai Timur Afrika sampai dengan Mozambika.  Ikan ini dilaporkan banyak pula ditemukan di Madagaskar, India, Thailand, Indonesia, pantai tropis Australia, Jepang, Philipina, Papua Neuguinea, dan Kaledonia Baru (Heemstra, 1993).  Di perairan Indonesia yang dikenal banyak ditemukan ikan kerapu macan adalah perairan pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, pulau Buru, dan Ambon (Weber dan Beaufort, 1931).

Ikan kerapu tikus tersebar luas di Pasific Barat mulai dari bagian selatan Jepang sampai Palau, Guam, Kaledonia baru, bagian selatan kepulauan Australia, serta bagian timur laut India dari Nicobar sampai Broome (Heemsta and Randall, 1986). Di Indonesia ikan kerapu tikus banyak ditemukan di wilayah perairan Teluk Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau , Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Madura, Kalimantan dan Nusa Tenggara.


D.  Habitat

Ikan kerapu macan hidup di dasar perairan berbatu sampai dengan kedalaman 60 meter dan daerah dangkal yang mengandung batu koral (Heemstra, 1993).  Dalam siklus hidupnya ikan kerapu macan muda hidup di perairan karang dengan kedalaman 0,5 – 3 meter pada area padang lamun, selanjutnya menginjak dewasa menuju ke perairan yang lebih dalam, dan biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dan senja hari.  Menurut Tampubolon dan Mulyadi (1989), telur dan larva kerapu macan bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal.  Ikan kerapu merupakan organisme yang bersifat nocturnal, dimana pada siang hari lebih banyak bersembunyi di liang-liang karang dan pada malam hari aktif bergerak di kolom air untuk mencari makan.

Ikan kerapu tikus banyak dijumpai di perairan batu karang, atau didaerah karang berlumpur,  hidup pada kedalaman 40 meter sampai kedalaman 60 meter.  Dalam siklus hidupnya ikan kerapu tikus muda hidup di perairan karang dengan kedalaman 0,5 – 3 meter, selanjutnya menginjak dewasa menuju ke perairan yang lebih dalam, dan biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dan senja hari.  Menurut Tampubulon dan Mulyadi (1989), telur dan larva kerapu tikus bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal. Ikan kerapu termasuk kelompok ikan stenohaline (Breet dan Groves, 1979), oleh karena itu jenis ikan ikan mampu beradaptasi pada lingkungan perairan yang berkadar garam rendah.  Ikan kerapu merupakan organisme yang bersifat nocturnal, dimana pada siang hari lebih banyak bersembunyi di liang-liang karang dan pada malam hari aktif bergerak di kolom air untuk mencari makan.

Menurut Chua dan Teng (1978), parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu, yaitu Temperatur berkisar 24 – 31 °C, salinitas berkisar 30 – 33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8 – 8,0.  Perairan dengan kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada perairan terumbu karang (Nybakken, 1988).     


E.  Pakan dan Kebiasaan Pakan

Ikan kerapu macan dan kerapu tikus merupakan hewan karnivor, sebagaimana jenis-jenis ikan kerapu lainnya.  Ikan kerapu macan dan kerapu tikus  dewasa adalah pemakan ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larvanya pemangsa larva moluska (trokofor), rotifer, mikro krustasea, kopepoda, dan zooplankton.  Sebagai ikan karnivora, kerapu cenderung menangkap mangsa yang aktif bergerak di dalam kolom air (Nybakken, 1988).  Tampubulon dan Mulyadi (1989),  mengungkapkan bahwa ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan pada siang hari dan malam hari,  namun lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari.   

Kerapu biasa mencari makan dengan menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya.  Kerapu macan mempunyai kemampuan menangkap mangsa lebih cepat daripada kerapu sunu (Anonymous, 1991).  Sebagai ikan karnivora, kerapu bersifat kanibalisme.  Kanibalisme biasanya mulai terjadi pada larva kerapu berumur 30 hari, dimana pada saat itu larva cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi.

Berdasarkan perilaku makannya, ikan kerapu dewasa memangsa ikan-ikan kecil, crustacea dan cephalopoda  yang menempati struktur tropik teratas dalam piramida rantai makanan (Randall, 1987).   Tidak bedanya dengan kerapu macan,  sebagai ikan karnivora kerapu tikus juga mempunyai kecenderungan bersifat kanibal, namun sifat kanibal ikan kerapu tikus tidak seperti jenis kerapu lainnya dikarenakan lebar bukaan mulut kerapu tikus lebih kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1991.  Operasional Pembesaran Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros. Balitbangtan, Deptan, Jakarta.

Heemstra, P.C. and Randall, J.E., 1993.  FAO Species Catalogue vol.16 : Groupers of the World (famili Serranidae, subfamily Epinephelinae). Rome, Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Nybakken, J.W., 1988.  Biologi Laut : suatu pendekatan ekologi.  Gramedia, Jakarta.

Randall, J.E., 1987.  A Preliminary Synopsis on the Groupers (Perciformes : Serranidae, Epinephelinae) of the Indo-Pacipic Region in J.J. Polovina, S. Ralston (Editors), Tropical Snappers and Groupers : Biologi and fisheries management. Westview Press, Inc. Boulder and London.

Tampubulon, G.H. dan E. Mulyadi. 1989.  Synopsis Ikan Kerapu di Perairan Indonesia. Balitbangkan, Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar