Berikut ini adalah ikan langka di Indonesia yang keberadannya kian menyusut, bahkan jumlahnya tinggal hitungan ekor:
1. Pesut mahakam (Orcaella brevirostris)
Adalah mamalia air tawar yang memiliki bentuk mirip dengan lumba-lumba,
namun memiliki moncong yang relatif datar, sehingga disebut “lumba-lumba air tawar”. Berdasarkan
data tahun 2007, populasi pesut mahakam hanyalah tinggal 50 ekor saja
dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah.
Didunia Populasi pesut yang dilindungi oleh undang-undang hanya di 3
lokasi: Sungai Mahakam, Sungai Irawady, dan Sungai Mekong. Namun pesut
di 2 lokasi, (di Mekong dan di Irawady dikabarkan telah punah. Tinggal
upaya kita apakah akan membiarkan Pesut Mahakam menyusul sepupunya di
Mekongdan di Irawady.
2. Ikan Raja Laut/ Coelacanth
Coelacanth merupakan ikan purba yang memiliki 120 spesies berdasarkan hasil identifikasi fosil. Coelacanth dinyatakan punah akhir Zaman Cretaceous (sekitar 65 juta tahun silam). Hingga tahun 1938, ditemukan Coleacanth hidup, Spesies “Latimeria Chalumnae”
tersangkut jaring hiu di Chalumna, Afrika Selatan. Diketahui ikan ini
memiliki populasi di kepulauan Komoro. Pada tahun 1998, 60 tahun setelah
ditemukannya fosil hidup coelacanth Komoro, seekor coelacanth spesies baru“Latimeria menadoensis” tertangkap jaring nelayan di perairan Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara. Masyarakat Sulawesi menyebutnya dengan “Ikan Raja Laut”. Maka kini orang mengetahui bahwa ada populasi coelacanth yang kedua di sulawesi. Kita sangat patut berbangga dengan kekayaan negri ini.
3. Ikan Matahari /(Mola mola/Mola ramsayi)
Mola-mola atau yang lebih populer dengan nama “Sun Fish” (Ikan Matahari) adalah ikan langka tropis dan subtropis yang menjadi perburuan bagi Diver/Penyelam dan fotografer Under Water diseluruh dunia. Ikan Mola-mola dewasa dapat mencapai panjang 1 meter dengan berat 1-2 ton. Uniknya, ikan Mola-mola hampir tidak memiliki sirip ekor, namun memiliki clavus, yang
merupakan sambungan sirip pungung dan sirip perut. Beruntungnya
Indonesia menjadi salah satu tempat persinggahan, Mola-mola dapat
dijumpai sepanjang bulan Juli-September di Lembongan, Bali.
4. Hiu Sentani (Pritis macrodon)
Hiu Sentani adalah nama populer dari jenis Hiu gergaji endemik dari danau Sentani, Papua. Orang barat menyebutnya “Largetooth Jawfish” yang berarti ikan hiu bergigi besar. Saat ini Hiu Sentani sudah mulai jarang ditemukan. IUCN memasukkan Hiu Sentani dalam red list hewan terancam punah. Populasi Hiu Sentani Semakin menurun akibat menipisnya habitat mereka dan perburuan ilegal.
5. Arwana Asia/Peyang (Scleropages formosus)
Arwana Asia adalah salah satu jenis ikan air tawar Asia Tenggara
yang biasa disebut Siluk Merah. Arwana Asia terdaftar dalam daftar
spesies langka berstatus “terancam punah” oleh IUCN pada Tahun 2004,
karena jumlah yang terus menurun akibat perdagangan dan kerusakan
habitat. Arwana Asia umumnya memiliki warna keperak-perakan. Arwana Asia
adalah spesies asli sungai-sungai di Asia Tenggara. Ikan Arwana
memiliki 4 Varian berdasarkan perbedaan warna: Hijau: ditemukan di Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Myanmar, Merah: ditemukan di Indonesia, Emas dengan ekor merah: hanya ditemukan di Indonesia, dan warna Emas: ditemukan di Malaysia.
6. Lopis/Belida (Chitala lopis)
Adalah Jenis Ikan dari suku ikan punggung pisau (Notopteridae). Di Indonesia ikan ini sangat populer dengan nama belida,
yang merupakan nama sungai yang menjadi habitatnya di Sumatra Selatan.
Belida dapat ditemukan di Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Semenanjung
Malaya, namun saat ini sangatlah sulit menemukannya, karena rusaknya
kualitas sungai. Karena terancam punah, lembaga penelitian berusaha
menyusun teknologi budidayanya. Hingga 2005, Balai Budidaya Air Tawar
Mandiangain di Kalsel telah mencoba membudidayakan, menangkarkan serta
memperbanyak benih ikan belida.
7. Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus)
Ikan Napoleon adalah ikan karang berukuran besar, dengan ukuran bisa
mencapai 2 m dengan berat 190 kg. Ikan Napoleon terutama ditemukan di
terumbu karang di kawasan perairan India-Pasifik. Penelitian yang
dilakukan IUCN 2005 di Sulawesi Utara, NTT, Bali dan Raja Ampat,
menunjukan bahwa di habitatnya Napoleon mendapat tekanan (target
penangkapan) sangat tinggi sehingga populasinya menurun dan sangat
jarang ditemukan. Napoleon dimasukkan ke dalam daftar merah IUCN
(Endangered/Terancam punah) pada tahun 2004 dan appendix II CITES pada
tahun 2005.
Jumat, 08 November 2013
Minggu, 03 November 2013
SKRIPSI BARU
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sistem penglihatan merupakan penghubung dengan lingkunganya, dimana dapat mengenali cahaya, warna dan bentuk semua benda, penglihatan dapat dikatakan sebagai system sensorik yang paling penting, sebab sebagian besar informasi yang diterima melalui indera penglihatan. Mata sebagai organ yang menyusun system penglihatan mempunyai dua fungsi yang berbeda namun saling berhubungan erat. Pertama mata merupakan suatu alat optic yang menerima gelombang cahaya dan merubahnya dalam bentuk bayangan. Kedua, mata merupakan reseptor sensoris yang memberikan respon terhadap bayangan yang terbentuk pada retina kemudian mengerimnya ke otak ( Siregar, dkk, 1995 ).
Respon visual dari ikan dapat dilihat pada saat pengoperasian dengan alat tangkap jaring namun hal tersebut dapat disesuaikan berdasarkan jenis ukuran dan perbedaan spesies dalam hal jarak pandang dan ketajaman visual.Untuk memahami mekanisme dari respon tingkah laku pada saat proses penangkapan, bagaimana ikan mengenali alat tangkap kemudian bagaiman ikan bisa menghindari alat tangkap dapat diketahui dalam ilmu histologi. Indera penglihatan ikan pada sebagian besar jenis ikan ekonomis penting adalah merupakan indera yang utama yang memungkinkan mereka untuk terciptanya pola tingkah laku mereka terhadap lingkunganya. Indera penglihatan ikan akan mempunyai sifat khas tertentu oleh adanya berbagai faktor seperti jarak penglihatan yang jelas, kisaran dan cakupan penglihatan, warna yang jelas, kekontrasan dan kemampuan membedakan objek yang bergerak (Gunarso, 1985).
Mata bagi ikan berfungsi sebagai jendela yang menghubungkan organisme dengan dunia luar memberikan konstribusi yang sangat penting bagi kehidupan ikan. Keberhasilan ikan untuk eksis dan mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya di habitatnya, adalah salah satu kontribusi penglihatan, disamping indera atau reseptor lainnya. Kemampuaan mata melihat oleh ikan digunakan untuk menangkap mangsa/makanannya, menghindari musuhnya dan alat tangkap. Selanjutnya juga berperan penting menentukan teritorialnya, mencari pasangannya, dan mencari tempat pengasuhan bagi anak-anaknya ( Razak, dkk, 2005).
Perkembangan metode dan operasi penangkapan ikan hingga saat ini banyak ditentukan oleh target tangkapannya dengan memanfaatkan tingkah laku ikan. Selama ini pemanfaatan tingkah laku ikan dalam bidang penangkapan yang telah banyak digunakan adalah penggunaan cahaya untuk menarik gerombolan ikan pada waktu malam hari. Hampir dapat dikatakan bahwa ikan-ikan pelagis merupakan ikan-ikan yang tertarik oleh cahaya baik cahaya alami (Matahari) maupun cahaya buatan (Lampu). Adaptasi mata ikan terhadap cahaya berbeda untuk setiap jenis ikannya, hal tersebut disebabkan karena setiap jenis ikan mempumyai tingkat sensivitas cahaya yang berbeda beda. Sensifitas mata ikan dalam merespon cahaya dapat diidentifikasi berdasarkan kontraksi dari sel kon dengan melihat pergerakan dari elipsoid kon di dalam lapisan sel penglihatan (Visual cell Layer) (Hajar, 2008).
Sebagian besar spesies ikan beraneka ragam habitatnya, retina mata ikan memperlihatkan struktur yang bervariasi. Struktur retina telah dibentuk oleh tekanan selektif intensitas cahaya dan spectral dalam lingkungan, serta resolusi ruang yang dibutuhkan oleh hewan untuk bertahan hidup. Selanjutnya dikatakan bahwa pada kebanyakan ikan, mata adalah reseptor penglihatan yang sangat sempurna, system optik pada mata ikan melakukan pengumpulan cahaya dan membentuk suatu fokus bayangan untuk analisis oleh retina. Sensitifitas dan ketajaman mata tergantung pada terangnya bayangan yang mencapai retina (Fujaya, 1999).
Fungsi mata ikan selain dapat diketahui dari tingkat sensifitasnya dalam merespon cahaya, juga dapat dikaji berdasarkan penglihatan mata ikan dari tingkat kemampuan penglihatannya. Di Indonesia pemahaman dan kajian mengenai kemampuan penglihatan ikan masih sangat terbatas, di pelajari dan diteliti. Disisi lain pengetahuan tentang kemampuan penglihatan mata ikan sangat penting dalam memahami tingkah laku ikan dalam merespon alat tangkap. Kemampuan penglihatan mata ikan dapat diidentifikasi melalui observasi fisiologi dengan menganalisis berdasarkan metode histologi retina mata ikan (Hajar, 2008, Arimoto, 1988).
Ikan layur merupakan salah satu kelompok (species group) dalam komunitas sumber daya demersal. Dengan demikian keberadaan populasi ikan layur akan terlibat dalam proses-proses dinamika dalam komunitas ikan demersal, seperti interaksi biologis antar jenis. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah antar hubungan pemangsaan (predator-prey relationship) dan persaingan makanan (food competetion). Salah satu perilaku ikan layur adalah ‘voracious’ atau sangat ‘rakus’, sehingga dalam suatu komunitas tertentu ikan layur dapat merupakan ‘top predator’ yang memperebutkan makanannya berupa ikan-ikan berukuran kecil dengan ikan-ikan predator lainnya.
Perilaku kebiasaan makan ikan layur dewasa dan layur anakannya (yuwana, juvenile) berhubungan erat dengan kebiasaan migrasi vertikal (diurnal – siang; nocturnal - malam) mempunyai sifat yang berlawanan. Pada siang hari layur dewasa biasanya bermigrasi vertikal ke dekat permukaan untuk mencari makan dan kembali bermigrasi ke dasar perairan pada malam hari. Ikan layur anakannya yang berukuran kecil akan membentuk gerombolan (schooling) mulai dari dasar sampai ke dekat permukaan pada siang hari dan pada malam hari menyebar dan mengelompok untuk mencari makan sampai ke dekat permukaan.
Berdasarkan kepentingan ini dalam aplikasinya di bidang teknologi penangkapan ikan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk megetahui tingkat kemampuan penglihatan mata ikan, khususnya ikan Layur (Trichiurus savala).
B. Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui kemampuan penglihatan mata ikan Layur (Trichiurus Savala) yang dapat di aplikasikan dalam bidang teknologi penangkapan ikan dengan :
Mendeskripsikan struktur susunan kon (cone mosaic) sel-sel penglihatan di dalam retina mata ikan
Mengetahui arah ketajaman penglihatan ikan (Visual axis)
Menentukan tingkat ketajaman penglihatan mata ikan (Visual acuity)
Mengetahui jarak maksimum penglihatan mata ikan berdasarkan ukuran terhadap suatu objek (Maximum sighting distance)
Mejelaskan hubungan antara tingkat ketajaman mata ikan dan penerapannya pada bidang teknologi penangkapan ikan.
Kegunaan penelitian ini adalah mengklarifikasi fenomena dan pengetahuan tingkah laku ikan dalam merespon alat tangkap yang dapat digunakan dalam menentukan startegi penangkapan. Khususnya respon mata pada ikan layur (Trichiurus savala) terhadap alat tangkap.
Latar belakang
Sistem penglihatan merupakan penghubung dengan lingkunganya, dimana dapat mengenali cahaya, warna dan bentuk semua benda, penglihatan dapat dikatakan sebagai system sensorik yang paling penting, sebab sebagian besar informasi yang diterima melalui indera penglihatan. Mata sebagai organ yang menyusun system penglihatan mempunyai dua fungsi yang berbeda namun saling berhubungan erat. Pertama mata merupakan suatu alat optic yang menerima gelombang cahaya dan merubahnya dalam bentuk bayangan. Kedua, mata merupakan reseptor sensoris yang memberikan respon terhadap bayangan yang terbentuk pada retina kemudian mengerimnya ke otak ( Siregar, dkk, 1995 ).
Respon visual dari ikan dapat dilihat pada saat pengoperasian dengan alat tangkap jaring namun hal tersebut dapat disesuaikan berdasarkan jenis ukuran dan perbedaan spesies dalam hal jarak pandang dan ketajaman visual.Untuk memahami mekanisme dari respon tingkah laku pada saat proses penangkapan, bagaimana ikan mengenali alat tangkap kemudian bagaiman ikan bisa menghindari alat tangkap dapat diketahui dalam ilmu histologi. Indera penglihatan ikan pada sebagian besar jenis ikan ekonomis penting adalah merupakan indera yang utama yang memungkinkan mereka untuk terciptanya pola tingkah laku mereka terhadap lingkunganya. Indera penglihatan ikan akan mempunyai sifat khas tertentu oleh adanya berbagai faktor seperti jarak penglihatan yang jelas, kisaran dan cakupan penglihatan, warna yang jelas, kekontrasan dan kemampuan membedakan objek yang bergerak (Gunarso, 1985).
Mata bagi ikan berfungsi sebagai jendela yang menghubungkan organisme dengan dunia luar memberikan konstribusi yang sangat penting bagi kehidupan ikan. Keberhasilan ikan untuk eksis dan mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya di habitatnya, adalah salah satu kontribusi penglihatan, disamping indera atau reseptor lainnya. Kemampuaan mata melihat oleh ikan digunakan untuk menangkap mangsa/makanannya, menghindari musuhnya dan alat tangkap. Selanjutnya juga berperan penting menentukan teritorialnya, mencari pasangannya, dan mencari tempat pengasuhan bagi anak-anaknya ( Razak, dkk, 2005).
Perkembangan metode dan operasi penangkapan ikan hingga saat ini banyak ditentukan oleh target tangkapannya dengan memanfaatkan tingkah laku ikan. Selama ini pemanfaatan tingkah laku ikan dalam bidang penangkapan yang telah banyak digunakan adalah penggunaan cahaya untuk menarik gerombolan ikan pada waktu malam hari. Hampir dapat dikatakan bahwa ikan-ikan pelagis merupakan ikan-ikan yang tertarik oleh cahaya baik cahaya alami (Matahari) maupun cahaya buatan (Lampu). Adaptasi mata ikan terhadap cahaya berbeda untuk setiap jenis ikannya, hal tersebut disebabkan karena setiap jenis ikan mempumyai tingkat sensivitas cahaya yang berbeda beda. Sensifitas mata ikan dalam merespon cahaya dapat diidentifikasi berdasarkan kontraksi dari sel kon dengan melihat pergerakan dari elipsoid kon di dalam lapisan sel penglihatan (Visual cell Layer) (Hajar, 2008).
Sebagian besar spesies ikan beraneka ragam habitatnya, retina mata ikan memperlihatkan struktur yang bervariasi. Struktur retina telah dibentuk oleh tekanan selektif intensitas cahaya dan spectral dalam lingkungan, serta resolusi ruang yang dibutuhkan oleh hewan untuk bertahan hidup. Selanjutnya dikatakan bahwa pada kebanyakan ikan, mata adalah reseptor penglihatan yang sangat sempurna, system optik pada mata ikan melakukan pengumpulan cahaya dan membentuk suatu fokus bayangan untuk analisis oleh retina. Sensitifitas dan ketajaman mata tergantung pada terangnya bayangan yang mencapai retina (Fujaya, 1999).
Fungsi mata ikan selain dapat diketahui dari tingkat sensifitasnya dalam merespon cahaya, juga dapat dikaji berdasarkan penglihatan mata ikan dari tingkat kemampuan penglihatannya. Di Indonesia pemahaman dan kajian mengenai kemampuan penglihatan ikan masih sangat terbatas, di pelajari dan diteliti. Disisi lain pengetahuan tentang kemampuan penglihatan mata ikan sangat penting dalam memahami tingkah laku ikan dalam merespon alat tangkap. Kemampuan penglihatan mata ikan dapat diidentifikasi melalui observasi fisiologi dengan menganalisis berdasarkan metode histologi retina mata ikan (Hajar, 2008, Arimoto, 1988).
Ikan layur merupakan salah satu kelompok (species group) dalam komunitas sumber daya demersal. Dengan demikian keberadaan populasi ikan layur akan terlibat dalam proses-proses dinamika dalam komunitas ikan demersal, seperti interaksi biologis antar jenis. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah antar hubungan pemangsaan (predator-prey relationship) dan persaingan makanan (food competetion). Salah satu perilaku ikan layur adalah ‘voracious’ atau sangat ‘rakus’, sehingga dalam suatu komunitas tertentu ikan layur dapat merupakan ‘top predator’ yang memperebutkan makanannya berupa ikan-ikan berukuran kecil dengan ikan-ikan predator lainnya.
Perilaku kebiasaan makan ikan layur dewasa dan layur anakannya (yuwana, juvenile) berhubungan erat dengan kebiasaan migrasi vertikal (diurnal – siang; nocturnal - malam) mempunyai sifat yang berlawanan. Pada siang hari layur dewasa biasanya bermigrasi vertikal ke dekat permukaan untuk mencari makan dan kembali bermigrasi ke dasar perairan pada malam hari. Ikan layur anakannya yang berukuran kecil akan membentuk gerombolan (schooling) mulai dari dasar sampai ke dekat permukaan pada siang hari dan pada malam hari menyebar dan mengelompok untuk mencari makan sampai ke dekat permukaan.
Berdasarkan kepentingan ini dalam aplikasinya di bidang teknologi penangkapan ikan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk megetahui tingkat kemampuan penglihatan mata ikan, khususnya ikan Layur (Trichiurus savala).
B. Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui kemampuan penglihatan mata ikan Layur (Trichiurus Savala) yang dapat di aplikasikan dalam bidang teknologi penangkapan ikan dengan :
Mendeskripsikan struktur susunan kon (cone mosaic) sel-sel penglihatan di dalam retina mata ikan
Mengetahui arah ketajaman penglihatan ikan (Visual axis)
Menentukan tingkat ketajaman penglihatan mata ikan (Visual acuity)
Mengetahui jarak maksimum penglihatan mata ikan berdasarkan ukuran terhadap suatu objek (Maximum sighting distance)
Mejelaskan hubungan antara tingkat ketajaman mata ikan dan penerapannya pada bidang teknologi penangkapan ikan.
Kegunaan penelitian ini adalah mengklarifikasi fenomena dan pengetahuan tingkah laku ikan dalam merespon alat tangkap yang dapat digunakan dalam menentukan startegi penangkapan. Khususnya respon mata pada ikan layur (Trichiurus savala) terhadap alat tangkap.
Langganan:
Postingan (Atom)