ASPEK PRODUKSI, BUDIDAYA IKAN KERAPU DENGAN KARAMBA JARING APUNG
Pendahuluan
Ikan
kerapu di Indonesia terdiri atas 7 genus, yaitu Aethaloperca, Anyperodon,
Cephalopholis, Chromileptes, Epinephelus, Plectropomus, dan Variola. Dari 7
genus tersebut umumnya hanya genus Chromileptes, Plectropomus, dan Epinephelus
yang termasuk komersial terutama untuk pasaran internasional, seperti ikan
kerapu bebek/Polkadot Grouper atau ikan kerapu napoleon (Cheilinus undulatus);
kemudian ikan kerapu sunuk/Coral trout (termasuk genus Plectropomus); serta
ikan kerapi lumpur/Estuary Grouper dan ikan kerapu macan/Carpet cod (termasuk
genus Epninephelus).
Dari
beberapa jenis ikan kerapu komersial tersebut, ikan kerapu sunuk atau kerapu
merah (Plectrocopomus leopardus) dan ikan kerapu lumpur jenis Epinephelus
suillus yang banyak dibudidayakan oleh karena jenis ikan ini ternyata
pertumbuhannya lebih cepat daripada jenis ikan kerapu lainnya, dan benihnya
selain diperoleh dari alam (penangkapan) juga sudah dapat diadakan dengan cara
pemijahan dalam bak, sedangkan ikan kerapu lainnya sulit dipijahkan dengan
berhasil, sehingga pengadaan benihnya harus diambil dari alam.
Teknik
Pembesaran
Selama
ini produksi ikan kerapu diperoleh oleh para nelayan dengan cara penangkapan,
baik dengan kail (hand line) atau dengan alat tradisional lainnya, seperti
bubu, sero, atau rawai dasar. Pada umumnya hasil tangkapan nelayan ini langsung
dikonsumsi atau dijual segar dalam jumlah yang kecil karena penangkapan dengan
sistem ini memang sangat terbatas. Namun akhir-akhir ini (sesuai permintaan dan
trend pasar yang menghendaki ikan kerapu hidup) para nelayan telah mencoba
membudidayakan dengan pembesaran secara tradisional, dimana benihnya berasal
dari tangkapan di laut.
SYARAT
LOKASI
Agar
usaha budidaya ikan kerapu dengan kajapung dapat berjalan dengan baik, maka
lokasi areal pembesaran ikan dimana kajapung ditempatkan harus dilakukan
penelitian, sehingga lokasi tersebut benar-benar layak. Beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam penentuan lokasi tersebut antara lain :
1.
Gangguan Alam
Lokasi
harus terhindar dari badai dan gelombang besar atau gelombang terus menerus.
Sebab gangguan alam ini akan mengakibatkan konstruksi kajapung akan mudah
rusak, dan menyebabkan ikan menjadistres yang akhirnya produksi menjadi
turun.Untuk mengatasi hal ini, dapat dipilih lokasi perairan yang terdiri dari
beberapa pulau-pulau kecil.Pulau-pulau kecil ini berguna untuk menghambat
gelombang dan badai (lihat Gambar Contoh Lokasi Kajapung).
2.
Gangguan Pencemaran
Lokasi
harus bebas dari bahan pencemaran yang mengganggu kehidupan ikan. Pencemaran
tersebut dapat berupa limbah industri, limbah pertanian, dan limbah rumah
tangga
3.
Gangguan Predator
Predator
yang harus dihindari adalah hewan laut buas seperti ikan buntal (ikan bola) dan
ikan besar yang ganas yang dapat merusak kajapung. Burung-burung laut pemangsa
ikan juga harus diwaspadai.
4.
Gangguan Lalu Lintas Kapal
Lokasi
kajapung bukan merupakan jalur transportasi kapal umum, kapal barang, atau
kapal tanker.
5.
Kondisi Hidrografi
Perairan
di mana kajapung ditempatkan harus pula memenuhi persyaratan sifat fisika dan
kimia, yaitu :
a)
Kadar garam antara 33 - 35 ppt
b)
Suhu berkisar pada 27 - 32oC
c) pH
air klaut antara 7,6 - 8,7
d)
Kandungan oksigen terlarut dalam air laut 0,2 – 0,5 l/detik
PEMBUATAN
RAKIT
Bahan-bahan
yang diperlukan untuk membuat rakit yaitu kayu balok atau bambu berbagai
ukuran, pelampung dari styrofoam atau drum plastik, bisa juga jrigen ukuran
besar; jangkar atau bahan pemberat lainnya; dan tali temali. Bahn-bahan
tambahan lain digunakan untuk rumah jaga, terdiri dari kayu balok, papan, dan
seng/asbes.
Bahan-bahan
tersebut selanjutnya dibangun menjadi 1 unit rakit dengan ukuran yang sesuai
dengan rencana anggaran setiap plasma. Tetapi setiap 1 unit rakit plasma sudah
termasuk rumah jaga.
PEMBUATAN
KARAMBA
Karamba
yang telah siap digunakan belum tersedia di pasaran. Bahan yang tersedia
biasanya masih dalam bentuk jaring polietilen dalam bentuk gulungan dengan
ukuran tertentu. Untuk jaring kajapung biasanya digunakan jaring No. 380 D/9
dan 380 D/13 berukuran mata jaring (mesh size) 1 inci dan 2 inci, disesuaikan
dengan ukuran ikan yang dibudidayakan atau ikan yang ditampung.
Dalam
MK PKT ini, kajapung terdiri dari 4 petak yang memiliki fungsi berbeda. Petak ke-1
dan ke-2 untuk bibit ikan yang baru didapat dengan ukuran di bawah 0,5 Kg;
petak ke-3 untuk ikan hasil pembudidayaan yang telah cukup besar (di atas 0,5
Kg) atau ikan hasil tangkapan dengan ukuran 0,6 - 0,7 Kg); dan petak ke-4
khusus untuk menampung ikan hasil penangkapan dengan ukuran di atas 0,8 Kg yang
akan dijual.
PENYEDIAAN
BENIH DAN PENAMPUNGAN
Pada
awal perkembangan usaha budidaya ikan kerapu dengan kajapung, benih ikan karapu
yang akan dibudidayakan berasal dari alam hal ini terjadi karena pada saat itu
teknologi penyediaan benih secara modern dengan teknologi rekayasa belum
berhasil dikembangkan, sehingga para nelayan yang “harus” memenuhi trend pasar,
mencari alternatif dengan cara memperoleh benih dari alam.
Sejak
beberapa tahun terakhir berkat kontribusi pakar perikanan dalam negeri,
rekayasa pengadaan benih ikan kerapu secara modern berhasil dikembangkan, namun
dari beberapa jenis ikan kerapu komersial, yaitu ikan kerapu lumpur, ikan
kerapu sunu dan ikan kerapu napoleon.
Berdasarkan
hasil uji coba dan penerapan secara komersial, jenis ikan kerapu lumpur
(Epinephelus suillus) menunjukkan hasil yang sangat positif untuk dikembangkan.
Akan tetapi dalam MK-PKT ini, jenis ikan kerapu yang akan dikembangkan dengan
kajapung adalah ikan-ikan hasil tangkapan dari alam dengan cara campuran, yaitu
30% hasil tangkapan berupa ikan kerapu ukuran kecil (dengan beragam jenis) yang
akan dibudidayakan, dan 70% adalah ikan kerapu ukuran 0,8 ke atas yang siap
dijual untuk ditampung sementara, sambil menunggu dikapalkan.
Penyediaan
bibit untuk budidaya dan penyediaan ikan kerapu yang akan ditampung, dilakukan
dengan cara penangkapan secara tradisional, yaitu dengan cara memancing di
ground fish ikan kerapu, yaitu di kawasan terumbu karang. Cara penangkapan
dengan pembiusan s merusak lingkungan, khususnya kawasan terumbu karang.
Namun
untuk armada penangkapannya yaitu kapal-kapal penangkapan dirancang semi
modern, misalnya kapal kayu bermesin. Sedangkan penangkapannya dilakukan secara
berombongan oleh setiap anggota plasma yang dipersiapkan dengan beberapa kapal
berikut nelayan/ABK-nya.
PEMELIHARAAN/PEMBESARAN
Setelah
benih siap dipelihara, benih-benih tersebut ditebar di kajapung yang telah
disediakan. Namun dalam penebaran juga harus diperhatikan salah satu syarat yang
tidak kalah pentingnya, yaitu kepadatan awal penebaran.
Berdasarkan
pengalaman selama ini (termasuk hasil uji coba pada pilot project perikanan),
kepadatan awal merupakan faktor yang paling dominan, karena bila dalam satu
karamba terdapat jumlah ikan yang sangat padat, maka akan menjadi salah satu
sebab terjadinya kanibalisme. Di samping produksinya pun akan menjadi rendah.
Kepadatan
awal untuk budidaya ikan kerapu ini adalah sebanyak 50 - 60 ekor/m3,
dengan ukuran ikan sekitar 20 - 50 g/ekor. Sedangkan selama pemeliharaan,
masalah daya dukung perairan (carrying capacity) perlu tetap dijaga, yaitu pada
batas 41,7 kg/m3, sehibgga karamba tidak mengalami kelebihan beban.
PAKAN
DAN CARA PEMBERIAN PAKAN
Pakan
merupakan salah satu aspek yang memerlukan perhatian cukup besar sehingga harus
direncanakan dengan matang yaitu menekan anggaran pengeluaran serendah mungkin,
tetapi hasilnya tetap optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemelihan
jenis pakan yang tepat namun tetap mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera
ikan, dan harga yang murah.
Dari
hasil uji coba dan penerapan pada skala usaha, tujuan untuk mendapatkan hasil
yang baik dengan pengeluaran yang relatif rendah adalah dengan memberikan pakan
dari jenis ikan-ikan yang tak laku di pasaran (non-ekonomis), yaitu ikan-ikan
yang digolongkan sebagai ikan rucah seperti ikan tembang, rebon, selar dan
sejenisnya yang banyak tersebar di perairan Nusantara. Pemilihan pakan ikan
kerapu yang berasal dari ikan rucah ini, selain harganya murah dan mudah
diperoleh, juga karena pakan buatan khusus ikan kerapu memang belum ada di
pasaran.
Pakan
dari jenis ikan rucah ini tetap harus dijaga kualitasnya, setidaknya kondisinya
tetap dipertahankan dalam keadaan segar, misalnya disimpan dalam freezer. Pakan
yang tidak segar atau terlalu lama disimpan, akan menyebabkan turunnya kualitas
nutrisi (asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu), yang
hilang karena proses oksidasi.
Pemberian
pakan yang ideal tergantung pada ukuran ikan kerapu yang dipelihara. Ikan yang
berukuran 20 - 50 g, dapat diberikan pakan sebesar 15% per hari dari bobot
biomassa. Selanjutnya persentase diturunkan seiring dengan pertumbuhan ikan.
Setelah mencapai ukuran 100 g pakan diberikan sebanyak 10% per hari, dan
kemudian dikurangi setiap 1 (satu) bulan pemeliharaan, hingga akhirnya
diberikan sebanyak 5% per hari saat ikan kerapu telah mencapai ukuran 1 kg.
PENGENDALIAN
HAMA DAN PENYAKIT
Hama
yang dapat mengganggu produksi ikan kerapu terutama burung-burung pemangsa
ikan. Untuk mencegah jenis hama ini, dapat dilakukan dengan cara menutup
permukaan kajapung dengan jaring, sehingga burung tidak dapat langsung masuk
kajapung. Hama lain yang mengganggu adalah ikan buntal atau ikan besar.
Pencegahannya, harus diadakan pengontrolan secara rutin, termasuk pada malam
hari.
Sebagaimana
pada umumnya budidaya komoditas perikanan, penyakit harus menjadi perhatian
khusus, sebab penyakit yang melanda budidaya perikanan akan menyebabkan
kematian, kekerdilan, periode pemeliharaan lebih lama, tingginya konversi
pakan, tingkat padat tebar yang lebih rendah, dan hilangnya/menurunnya
produksi.
Penyebab-penyebab
penyakit pada budidaya ikan kerapu, antara lain lkarena stres, organisme
patogen, perubahan lingkungan, keracunan, dan kekurangan nutrisi. Beberapa
jenis penyakit yang dapat menyerang budidaya ikan kerapu antara lain :
1.
Stres
Ikan
yang baru ditebar, biasanya dapat mengalami stres, apabila dalam transportasi
dari kolam pendederan ke kajapng tidak ditangani dengan baik hati-hati. Begitu
pula saat diturunkan untuk ditebar ke kajapung dilaksanaknsecara sembarangan,
akan menyebabkan ikan-ikan mengalami stres. Sehingga ikan menjadi shock, tidak
mau makan, kanibalisme, dan meningkatnya kepekaan terhadap penyakit.
Untuk
mengurangi stres saat penebaran, selain dilakukan dengan hati-hati, ikan-ikan
perlu dilakukan aklimatisasi dengan cara mengubah sedikit demi sedikit
kondisinya sehingga menyerupai kondisi lingkungan yang baru. Sebagi contoh,
benih-benih yang baru saja mengalami transportasi dan dikemas dalam kantong plastik
tidak boleh langsung ditebar, tetapi harus dilakukan penyesuaian suhu. Cara
yang paling mudah, yaitu kantong plastik yang berisi benih ikan direndam dalam
kajapung, hingga akhirnya suhu dalam kantong plastik akan sama dengan suhu pada
kajapung. Setelah itu baru ditebar.
2.
Organisme
a.
Cacing
Cacing
yang menyerang ikan kerapu budi daya umumnya dari jenis Diplectanum yang
menyerang insang. Ikan yang terserang cacing ini akan terlihat pucat dan tampak
berlendir.
Untuk
menanggulangi penyakit ini, antara lain dengan cara meredam ikan yang terserang
dalam larutan foramlin dengan dosis 200 ppm selama 0,5 - 1 jam, dan diulang
setelah 3 hari.
b. Protozoa
b. Protozoa
Jenis
protozoa yang sering menyerang ikan kerapu yaitu Crytocaryon sp. Penyakitnya
disebut crytocaryoniosis atau bintik putih (white spot). Organisme ini
menyerang ikan pada bagian kulit dan insang, dengan tanda-tanda ikan yang
terserang akan menjadi lesu, selera makan hilang, sisik terkelupas, dan mata
buta, dsb.
Untuk
mengatasi penyakit ini, yaitu merendam ikan dalam air laut yang mengandung
formalin 100 ppm + acra menyerang bagian insang yang mengakibatkan pernafasan
ikan terganggu.
c.
Nerocila
Jenis
parasit ini dapat ditanggulangi dengan cara mengangkat karamba, dan ikan-ikan
dimasukkan dalam bak. Setelah itu karamba disemprot dengan larutan formalin 1%.
Sedangkan ikan-ikan direndam dalam formalin 200 ppm beberapa menit sampai
parasit ini rontok sendiri.
d. Bakteri
Golongan
mikroorganisme yang sering menyebabkan penyakit pada ikan laut, yaitu bakteri
perusak sirip (bacterial fin rot), bakteri vibrio, dan bakteri streptococus sp.
Obat-obatan
yang digunakan untuk mengatasi penyakit yang disebabkan bakteri ini adalah
obat-obatan jenis antibiotik.
PANEN
DAN PENANGANAN PANEN
Dengan
teknik pemeliharaan seperti diuraikan di muka, benih ikan yang ditebar dengan
ukuran awal 20 gram membutuhkan waktu selama 7 bulan untuk mencapai ukuran 500
gram. Sedangkan untuk ikan dengan ukuran awal 50 gram memerlukan waktu hanya 5
bulan untuk mencapai berat 500 gram. Ikan kerapu dengan ukuran ini, telah dapat
dipanen, dan di pasaran telah dapat diperdagangkan dengan harga yang cukup
tinggi.
Pelaksanaan
pemanenan ikan kerapu budidaya dengan kajapung relatif lebih mudah dari pada
pemanenan ikan kolam atau udang tambak yang harus dilakukan pembuangan air.
Sedangkan di kajapung, cukup dengan cara mengangkat tepi pemberat sudut-sudut
kajapung sehingga ikan mudah diambil.
Namun
demikian, mengingat ikan kerapu dipasarkan dalam keadaan hidup sehingga
kesehatan ikan dan keadaan ikan setelah panen harus tetap dijaga, sehingga
tidak ada ikan yang luka (harga ikan akan turun bila ada yang cacat atau luka
saat pemanenan), maka perlu dilakukan persiapan-persiapan pemanenan.
Langkah
persiapan pemanenan meliputi penyediaan sarana dan alat panen, seperti serokan,
bak air laut, aerasi, timbangan, dan kapal yang dilengkapi dengan palka
penampung ikan. Alat dan sarana ini harus dalam keadaan bersih.
Pada
saat pelaksanaan pemanenan, pemberian pakan dihentikan. Langkah pertama
pelaksananaan pemanenan dimulai dengan melepas tali pemebrat pada kajapung,
kemudian jaring karamba diangkat secara perlahan agar ikan tidak berontak.
Setelah terangkat, sedikit demi sedikit ikan diserok dengan serokan, dan
dimasukkan ke dalam palka pada kapal pengangkut yang sebelumnya telah diisi air
laut. Setelah tiba di lokasi Pabrik/Coldstorage perusahaan inti, ikan dalam
palka dipindah ke pabrik dengan drum-drum atau ember yang berisi air laut.
Untuk selanjutnya ditimbang dan diproses lebih lanjut.
PEMELIHARAAN
IKAN BESAR
Ikan-ikan
kerapu hasil tangkapan yang besarnya antara 0,8 - 1,2 Kg, dimasukkan pada kolam
tersendiri sesuai ukurannya. Sedangkan cara pemeliharaannya, mulai dari
pemberian pakan dan pengendalian penyakit/hama, perlakuannya sama saja dengan
pemeliharaan ikan kerapu ukuran kecil.
Hanya
yang perlu diperhatikan adalah, masa adaptasi di kajapung mengingat ikan ini
sudah besar di alam habitatnya. Untuk itu pengawasan secara ketat a menyebabkan
kematian.
PEMANENAN/PENGANGKUTAN
IKAN
Pemeliharaan
ikan-ikan yang telah memenuhi nilai komersial ini, biasanya tidak berlangsung
lama, yaitu antara 1 minggu sampai 1 bulan lamanya.
Apabila
ikan-ikan tersebut telah siap dipasarkan oleh Inti, maka perlakuan pemindahan
ikan-ikan tersebut ke kapal pengangkut, sama dengan perlakuan pada budidaya
ikan kerapu.